Haloo, kali ini saya akan review tentang film
yang baru saya tonton. Film Dilan 1990. Yaps beberapa pasti sudah pada tau film
ini bercerita tentang flash back masa SMA Milea Adnan Hussain, yang diperankan
oleh Vanesha Prescilla. Film ini diangkat dari novel karya Pidi Baiq, yang
notabene merupakan kisah nyata dari si Milea sendiri, tentang bagaimana sosok
Dilan dalam hidupnya. Walaupun sampai sekarang kita tidak pernah tau siapa
sosok Dilan sebenarnya.
Oke, berdasarkan alur, kita tidak akan kecewa.
Karena berdasarkan alur cerita, Film Dilan ini sama persis dengan yang ada di
buku. Bahkan dialognya! Tapi buat justru ini yang buat kita secara tidak
langsung jadi spoiller bagi diri kita sendiri. Bayangkan saja kita nonton film
yang kita sudah tau jalan ceritanya. Ditambah lagi ketika nonton saya duduk di
samping sekelompok anak remaja (kelihatannya anak SMA) yang menurut saya cukup
berisik jadi spoiler. Seperti…
“Oh ini Dilan sembunyi di belakang sekolah,
kan.”
“Gereja!”
“Eh, ini yang mau ditampar, kan?”
“Ohh itu yang namanya susi.”
“Itu yang suka sama Dilan, kan?”
It’s okey! Mungkin waktu masih SMA saya juga
pernah seperti itu. Walaupun rasanya cukup mengganggu.
Sebelum menonton Film Dilan 1990 saya sudah
membaca novelnya terlebih dahulu dari Dilan 1990, lanjut ke Dilan 1991, sampai
ke buku Milea. Sehingga saya tidak terlalu penasaran dengan jalan ceritanya
akan seperti apa. Namun saya sangat menikmati Film Dilan 1990 ini karena
akhirnya saya bisa menikmati visualisasi dari gambaran novel yang saya baca.
Dan tidak bisa dipungkiri sebagai perempuan, saya merasa baper selama menonton.
Bahasa-bahasa puitis yang digunakan pada novel, divisualisasikan secara nyata
sesuai dengan ekspektasi saya sebagai pembaca novel Dilan 1990. Itulah mengapa
saya cukup menikmati film ini meskipun sudah tau jalan ceritanya akan seperti
apa. Karena yang dinikmati bukanlah alur cerita filmnya, namun lebih kepada
rasa baper karena menonton visualisasi dialog puitis antara Dilan dan Milea.
Pada Film Dilan 1990 banyak dialog antara Dilan
dan Milea yang sebenarnya sudah ada di novel. Semuanya hampir sama persis. Hanya
saja setting waktu tahun 1990 kurang terasa pada film. Gaya berpakaian dan
berdandan pemain yang berperan sebagai siswa, juga latar tempat yang digunakan,
kurang mewakili konsep tahun 1990. Tapi itu tidak begitu mengganggu. Karena
menurut saya yang membuat kita tertarik untuk menonton Film Dilan 1990 ini pun
bukan setting waktu atau latar tempatnya. Namun lebih kepada jalan ceritanya
(untuk yang belum baca novel dan penasaran dengan jalan ceritanya) atau
romantisme antara Dilan dan Milea. Dan tentunya trailer-nya yang sangat
menjual.
So far kalau kita mengeluhkkan film adaptasi
novel yang tidak sesuai dengan novel itu sendiri, hal ini tidak akan dikeluhkan
pada Film Dilan 1990 ini. Namun saran saya, jika kamu memang benar-benar ingin
menikmati Film Dilan 1990. Jangan baca novelnya dulu. Supaya kamu tidak menjadi
spoiler bagi dirimu sendiri. Film ini sangat direkomendasikan untuk orang yang
lagi pengen nonton film yang buat baper atau sekadar bernostalgia dengan masa
SMA.
Selamat menonton, jangan baper